. Pengertian
Diksi atau Pilihan Kata
Pilihan kata atau diksi pada
dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam
kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata dapat dilakukan bila
tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau
bermiripan. Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata yang tepat,
melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam arti sesuai dengan
konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan
yang nilai rasa masyarakat pemakainya.
Diksi adalah ketepatan
pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata dipengaruhi oleh kemampuan
pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai,
dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat mengungkapkan
gagasan secara tepat sehingga mampu mengomunikasikannya secara efektif
kepada pembaca atau pendengarnya.
Dalam karangan ilmiah,
diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep, pembuktian, hasil pemikiran, atau
solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi diksi antara lain :
a) Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
b) Membentuk gaya ekspresi gagasan yang
tepat.
c) Menciptakan komunikasi yang baik dan
benar.
d) Mencegah perbedaan penafsiran.
e) Mencagah salah pemahaman.
f) Mengefektifkan pencapaian target
komunikasi.
Syarat-Syarat Ketepatan Diksi
Ketepatan adalah
kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi
pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis
atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat
mungkin memilih kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut. Ketepatan tidak
akan menimbulkan salah paham.
Selain pilihan kata yang
tepat, efektivitas komunikasi menuntut persyaratan yang harus dipenuhi oleh
pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai dengan tuntutan
komunikasi.
Adapun syarat-syarat ketepatan pilihan kata adalah :
1) Membedakan secara cermat
denotasi dan konotasi.
Denotasi ialah kata yang bermakna lugas
atau tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi ialah kata yang dapat menimbulkan
bermacam-macam makna.
Contoh :
Bunga eldeweis
hanya tumbuh ditempat yang tinggi. (Denotasi)
Sinta adalah bunga desa
di kampungnya. (Konotasi)
2) Membedakan dengan cermat kata-kata
yang hampir bersinonim.
Siapa pengubah peraturan
yang memberatkan pengusaha?
Pembebasan bea masuk untuk jenis
barang tertentu adalah peubah peraturan yang selama ini
memberatkan pengusaha.
3) Membedakan kata-kata yang mirip
ejaannya.
Intensif –
insensif
Karton –
kartun
Korporasi –
koperasi
4) Tidak menafsirkan makna kata
secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika pemahaman belum dapat
dipastikan.
Contoh :
Modern : canggih (secara
subjektif)
Modern : terbaru
atau muktahir (menurut kamus)
Canggih : banyak
cakap, suka menggangu, banyak mengetahui, bergaya intelektual (menurut kamus)
5) Waspada terhadap penggunaan
imbuhan asing.
Contoh :
Dilegalisir seharusnya dilegalisasi.
Koordinir seharusnya koordinasi.
6) Membedakan pemakaian kata
penghubung yang berpasangan secara tepat.
Contoh :
Pasangan yang salah
|
Pasangan yang benar
|
antara
..... dengan ....
|
antara
.... dan .....
|
tidak
..... melainkan .....
|
tidak
..... tetapi .....
|
baik .....
ataupun .....
|
baik .....
maupun .....
|
bukan
..... tetapi .....
|
bukan
...... melainkan .....
|
7) Membedakan kata umum dan kata
khusus secara cermat.
Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu
kepada suatu hal atau kelompok yang luas bidang lingkupnya. Sedangkan kata khusus adalah kata yang
mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret.
Contoh :
Kata umum : melihat
Kata khusus: melotot,
membelak, melirik, mengintai, mengamati, mengawasi, menonton, memandang,
menatap.
8) Memperhatikan perubahan makna yang
terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
Contoh :
Isu (berasal dari bahasa Inggris
“issue”) berarti publikasi, perkara.
Isu (dalam bahasa Indonesia)
berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabar angin, desas-desus.
9) Menggunakan dengan cermat kata
bersinonim, berhomofoni, dan berhomografi.
Sinonim adalah kata-kata yang memiliki arti sama.
Homofoni adalah kata yang mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda tulisan,
dan berbeda makna.
Homografi adalah kata yang memiliki kesamaan tulisan, berbeda bunyi, dan
berbeda makna.
Contoh :
Sinonim : Hamil (manusia) – Bunting
(hewan)
Homofoni : Bank (tempat
menyimpan uang) – Bang (panggilan kakak laki-laki)
Homografi : Apel (buah) – Apel
(upacara)
10) Menggunakan kata abstrak dan kata
konkret secara cermat.
Kata abstrak mempunyai
referensi berupa konsep, sedangkan kata konkret mempunyai referensi objek yang
diamati.
Contoh :
Kata abstrak
Kebaikkan seseorang kepada orang lain merupakan sifat terpuji.
Kata konkret
APBN RI mengalami kenaikkan lima belas persen.
Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua
hal pokok, yakni: masalah makna dan relasi makna :
• Makna sebuah kata / sebuah
kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri. Adapun makna menurut
(Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu :
1.
Makna Leksikal
Makna
yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat indera /
makna yg sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan kita.
Contoh: Kata tikus, makna
leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati
diterkam kucing).
Makna Gramatikal : untuk menyatakan makna-makna atau
nuansa-nuansa makna gramatikal, untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia,
menggunakan proses reduplikasi seperti kata: buku yg bermakna “sebuah buku,”
menjadi buku-buku yang bermakna “banyak buku”.
2.
Makna Referensial dan Nonreferensial
Makna
referensial & nonreferensial perbedaannya adalah berdasarkan ada tidaknya
referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu
di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Kata bermakna referensial, kalau
mempunyai referen, sedangkan kata bermakna nonreferensial kalau tidak memiliki
referen.
Contoh: Kata meja dan kursi
(bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna nonreferensial).
3. Makna Denotatif
dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna
sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Contoh:
Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran
badannya normal.
Makna konotatif adalah: makna lain yang ditambahkan pada
makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok orang
yang menggunakan kata tersebut. Contoh:
Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak
memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim dengan
kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan
senang bila dikatakan ramping.
4. Makna Konseptual
dan Makna Asosiatif
Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah
leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Contoh: Kata kuda memiliki makna konseptual “sejenis binatang
berkaki empat yg bisa dikendarai”.
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem /
kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan suatu yang berada diluar
bahasa . Contoh: Kata melati
berasosiasi dg suatu yg suci / kesucian. Kata merah berasosiasi berani / paham
komunis.
5. Makna Kata dan
Makna Istilah
Makna kata, walaupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi
karena berbagai faktor dalam kehidupan dapat menjadi bersifat umum. Makna kata
itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat. Contoh: Kata tahanan, bermakna orang
yang ditahan,tapi bisa juga hasil perbuatan menahan. Kata air, bermakna air
yang berada di sumur, di gelas, di bak mandi atau air hujan.
Makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti.
Ketetapan dan kepastian makna istilah itu karena istilah itu hanya digunakan
dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Contoh: Kata tahanan di atas masih bersifat umum, istilah di bidang
hukum, kata tahanan itu sudah pasti orang yang ditahan sehubungan suatu
perkara.
6. Makna Idiomatikal dan Peribahasa
Yang dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa
(ada berupa baik kata, frase, maupun kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan
dari makna leksikal, baik unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan
tersebut. Contoh: Kata ketakutan,
kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki makna hal yg disebut makna
dasar, Kata rumah kayu bermakna, rumah yang terbuat dari kayu.
Makna pribahasa bersifat memperbandingkan atau
mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan nama perumpamaan. Contoh: Bagai, bak, laksana dan umpama
lazim digunakan dalam peribahasa
7. Makna
Kias dan Lugas
Makna kias adalah kata, frase dan kalimat yang tidak
merujuk pada arti sebenarnya. Contoh:
Putri malam bermakna bulan , Raja siang bermakna matahari.
Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata
maka diksi yang baik harus memenuhi syarat, seperti :
• Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu
gagasan.
• Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk
membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan
dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa
bagi pembacanya.
• Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan
kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah
dimengerti.
Contoh Paragraf :
1). Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan kawanku.
Udara disana sangat sejuk. Kami bermain bola air sampai tak terasa hari sudah
sore. Kamipun pulang tak lama kemudian.
2). Liburan tahun ini Aku dan kawanku berencana untuk
pergi ke pantai. Kami sangat senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana
kami sudah disambut oleh semilir angin yang tak henti-hentinya bertiup. Ombak
yang berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah untuk menyambut kedatangan
kami.
1. Makna
Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah
makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang
sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang
terkandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut
makna konseptual. Kata makan misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam
mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna
denotatif.
Makna konotatif adalah
makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap
pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.
Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul.
2. Makna
Umum dan Khusus
Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan
ruang-lingkupnya.
·
Makin luas ruang-lingkup
suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata, maka semakin
terbuka kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya.
·
Makin sempit
ruang-lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit
kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya, dan makin
mendekatkan penulis pada pilihan kata secara tepat.
Misalnya:
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair
atau tawes. Ikan tidak hanya mujair atau tidak seperti gurame, lele,
sepat, tuna, baronang, nila, ikan koki dan ikan mas. Dalam hal ini kata
acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan kata yang
acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame, lele, tawes, dan
ikan mas.
3. Kata
Abstrak dan Kata Konkret
Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca-indra disebut
kata konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi,
suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap panca-indra, kata itu
disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan
untuk mengungkapkan gagasan rumit.
Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang sifat
teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan
dalam suatu karangan. Karangan tersebut dapat menjadi samar dan tidak cermat.
4. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai
makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak,
hanya ada kesamaan atau kemiripan. Kita ambil contoh cermat dan cerdik kedua
kata itu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar. Kesinoniman
kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu
kata.
5. Kata
Ilmiah dan Kata Popular
Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang
bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan
oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah,
pertemuan-pertemuan resmi, serta diskusi-diskusi khusus.
Yang membedakan antara kata ilmiah dengan kata populer adalah
bila kata populer digunakan dalam komunikasi
sehari-hari. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan, kata-kata
ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan yang berbau pendidikan. Yang juga
terdapat pada penulisan artikel, karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi,
tesis maupun desertasi.
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa.
Jakarta : Gramedia. 2006.
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
BalasHapusJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)