Kamis, 03 Januari 2013


IRONI DUNIA PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.
Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Perasan ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar.
Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.
Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain.
Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu:
(1). Rendahnya sarana fisik,
(2). Rendahnya kesejahteraan guru,
 (3). Mahalnya biaya pendidikan.
Permasalahan-permasalahan yang tersebut di atas akan menjadi bahan bahasan dalam makalah yang berjudul “ Ironi Dunia Pendidikan”.

1.2   Tujuan Penulisan
1.      Masalah sarana sekolah di Indonesia?
2.      Masalah guru honorer?
3.      Antara APBN untuk pendidikan atau untuk DPR?


BAB II PEMBAHASAN
2.1 Masalah Sarana Pendidikan
Dunia pendidikan sekarang tak sebanding dengan kemewahan para pejabat negara. Mengapa demikian? Sering kita lihat di televisi banyak sekolah yang sudah tidak layak lagi untuk digunakan. Bangku dan meja untuk tempat menulis sudah tak layak lagi dipakai. Ironis sekali diatas kemewahan para dewan, dunia pendidikan kita melorot tajam dari kemewahan yang ada. Sebagai contoh salah satu SD didaerah Sulawesi Selatan para siswa harus belajar bersama dengan kambing. Karena sekolah mereka berdekatan dengan kandang kambing dan tidak adanya lagi lahan untuk mendirikan sekolahan yang layak. Bangku dan meja sudah reyot tidak bisa lagi digunakan. Papan tulis saja hanya ada satu buah. Guru yang mengajar disana hanya dua orang dan yang satu lagi merangkap sebagai seorang kepala sekolah padahal jumlah murid di SD itu mencapai 50 orang. Sebagai contoh yang kedua sekolah TK di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta para siswa belajar dengan kewaspadaan karena takut atap sekolah mereka rubuh saat mereka belajar. Fasilitas yang ada pun tak mendukung lagi bahkan lebih terlihat tidak pantas digunakan lagi. Ini hanya sebagian potret dunia pendidikan negeri ini. Betapa sulitnya masyarakat desa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan layaknya masyarakat kota.
2.2 Masalah Dana APBN
Haruskah mereka ditelantarkan begitu saja? Para anggota DPR selalu mengatakan bahwa salah satu anggaran APBN itu untuk dana pendidikan tapi dengan dua contoh diatas apa itu sudah terealisasikan? Daripada anggota DPR melaksanakan studi banding ke luar negeri yang alasannnya karena untuk memajukan negeri ini mending ke daerah-daerah terpencil melihat bagaimana kelayakan dari sekolah yang ada di desa sehingga layak dipergunakan. Bagaimana negeri ini akan maju jika orang yang ingin mendapatkan pendidikan saja sangatlah sulit. Selain fasilitas yang tidak layak dipergunakan, untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi juga sangatlah sulit karena alasan biaya yang sangat besar. Dengan biaya yang terlampau besar itulah  banyak anak-anak yang putus sekolah. Padahal salah satu dari mereka adalah anak-anak yang cerdas dan  rajin untuk menggapai masa depan yang lebih baik.
Uang,Uang,Uang tanpa itu sulit sekali untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. Tanggung jawab siapa ini?
Berapa banyak dana negara yang dihabiskan oleh pejabat tinggi negara dari alasan studi banding, perbaikan fasilitas dan yang terakhir adalah korupsi. Sebenarnya uang rakyat itu untuk siapa?
Rakyat atau anggota dewan yang terhormat?
Dimana tanggung jawab mereka untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat Indonesia ini yang hingga milyaran orang? Yang sejahtera hanya yang memiliki jabatan tinggi, sedangkan rakyat pedalaman sana apa mereka hidup sejahtera?
Bagaimana mereka bisa hidup sejahtera kalau untuk mendapatkan pendidikan yang layak saja sangatlah sulit. Mereka tidak diperhatikan sama sekali. Mereka ditinggalkan begitu saja padahal uang anggota dewan itu sebagian adalah milik mereka. Tanggung jawab wakil rakyat sekarang benar-benar dibutuhkan. Demi membangun kesejahteraan rakyat yang berawal pasti dari pendidikan yang layak. Anda wakil rakyat pasti masih memiliki hati nurani untuk merubah Indonesia ini menjadi negara maju layaknya Jepang beserta negara maju lainnya. Awali dengan membangun fasilitas pendidikan yang layak di seluruh wilayah Indonesia dan kemudahan biaya untuk melanjutkan studi pendidikan yang lebih tinggi yang dapat dijangkau oleh rakyat pada zaman globalisasi ini.

2.3 Masalah Guru Honorer
Masalah guru-guru honorer juga perlu diperhatikan. Mengapa? Para guru itu adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa tanpa ada mereka belum tentu kita bisa sesukses sekarang. Banyak pengabdian guru yang disia-siakan. Sudah hampir puluhan tahun mengajar tapi tetap saja menjadi guru honorer padahal jasa yang ia berikan sungguh besar. Apakah itu adil?
Jadi dari semua segi pendidikan baik sekolahnya, fasilitas, maupun guru harus sama-sama diperhatikan. Agar negeri ini akan sejahtera dan maju seperti negara lainya.


BAB III PENUTUP
1.1   Kesimpulan
Kualitas pendidikan di Indonesia memang sangat rendah dibanding dengan beberapa negara tetangga bahkan negara maju di dunia. Kesalahan bukan hanya terdapat pada masyarakat Indonesia tapi lebih kepada pemerintah yang menangani masalah pendidikan di Indonesia ini. Masalah itu adalah rendahnya sarana pendidikan, dana APBN yang terselewengkan dan masalah guru honorer.

1.2   Saran
Sebaiknya para anggota dewan serta pemerintah berkaca atas rendahnya mutu pendidikan di Indonesia ini. Dengan pembaharuan sarana pendidikan yang terdapat di desa-desa terpencil, dana APBN yang jangan diselewengkan untuk korupsi dan alasan para anggota dewan untuk studi banding serta guru honorer yang diangkat menjadi guru apalagi guru honorer yang telah berjasa bertahun-tahun.

DAFTAR PUSTAKA
Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
sayapbarat.wordpress.com/2007/08/29/masalah-pendidikan-di-indonesia.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar