2.1 Pengertian Outline (Kerangka karangan)
Berikut ini pengertian dari outline (kerangka karangan) adalah sebagai
berikut :
2.1.1 Pengertian Outline
Pengertian Outline menurut bahasa adalah : kerangka, regangan, gari besar,
atau guratan. Jadi Outline merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis
besar dari suatu karangan yang akan digarap dan merupakan rangkaian ide-ide
yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.
2.1.2 Pengertian Karangan
Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk
mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca
untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah
narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
2.1.3 Pengertian Kerangka Karangan
Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan
gagasan. Kerangka karangan yang belum final di sebut outline sementara
sedangkan kerangka karangan yang sudah tersusun rapi dan lengkap disebut
outline final.
Kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis
besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas,susunan
sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan
menjadi pokok tulisan.
Kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis
besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas, susunan
sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan
menjadi pokok tulisan, atau dapat juga didefinisikan sebagai satu metode dalam
pembuatan karangan yang mana topiknya dipecah kedalam sub-sub topik dan mungkin
dipecah lagi kedalam sub-sub topik yang lebih terperinci.
2.2 Manfaat Outline (Kerangka Karangan)
a. Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan
terarah.
b. Untuk menyusun karangan secara teratur. Kerangka karangan membantu
penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat
dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu
sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis
dalam perimbangannya.
c. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Setiap
tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai
klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda
kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai klimaks
tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat secara terus menerus
menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagian-bagian harus diatur pula
sekian macam sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat
perhatian pembaca.
d. Menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih. Ada kemungkinan
suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai kebutuhan tiap
bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai dua kali atau
lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek yang tidak
menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka pendapatnya
mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang diutarakan
pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal yang
demikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik lebih
dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang tidak
dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi akan
diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian tadi.
e. Memudahkan penulis mencari materi pembantu. Dengan mempergunakan
rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari
data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau
data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana
dalam karangannya itu.
Bila seorang pembaca kelak menghadapi karangan yang telah siap, ia dapat
menyusutkan kembali kepada kerangka karangan yang hakekatnya sama dengan apa
yang telah dibuat penggarapnya. Dengan penyusutan ini pembaca akan melihat
wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu. Kerangka karangan
merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur
ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara
menyelurih, bukan secara terlepas-lepas.
2.3 Pola Susunan Outline (Kerangka Karangan)
Secara garis besar, pola kerangka karangan dibagi menjadi dua yaitu pola
alamiah dan pola logis, berikut akan di jelaskan secara singkat pola susunan
kerangka karangan.
1. Pola Alamiah
Merupakan suatu urutan unit–unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan
yang nyata di alam. Disebut pola alamiah karena memakai pendekatan berdasarkan
faktor alamiah yang esensial. Pola alamiah mengikuti keadaan alam yang
berdimensi ruang dan waktu.
Pola alamiah dapat terbagi menjadi 3 yaitu :
a. Kronologis (waktu)
Urutan yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap-tahap kejadian.
Biasanya tulisan seperti ini kurang menarik minat pembaca.
Contohnya : Topik (riwayat hidup seorang penulis)
· asal usul penulis
· pendidikan si penulis
· kondisi kehidupan penulis
· keinginan penulis
· karir penulis
b. Spasial (ruang)
Landasan yang paling penting, bila topik yang di uraikan mempunyai
pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat . Urutan ini biasanya di
gunakan dalam tulisan–tulisan yang bersifat deskriptif .
Contohnya : Topik (hutan yang sering mengalami kebakaran)
· Di daerah Kalimantan
· Di daerah Sulawesi
· Di daerah Sumatra
c. Topik yang ada
Suatu pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah
urutan berdasarkan topik yang ada . Suatu peristiwa sudah di kenal dengan
bagian–bagian tertentu . Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau
tidak mau bagian–bagian itu harus di jelaskan berturut–turut dalam karangan
itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi
tanggapan atas bagian–bagiannya itu.
2. Pola Logis
Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi
setiap persoalan, mampu di tuang dalam suatu susunan atau urutan logis . Urutan
logis sama sekali tidak ada hubungan dengan suatu ciri yang intern dalam
materinya, tetapi erat dengan tanggapan penulis.
Dinamakan pola logis karena memakai pendekatan berdasarkan jalan pikir atau
cara pikir manusia yang selalu mengamati sesuatu berdasarkan logika. Pola logis
dapat dibagi menjadi 6, yaitu :
a. Klimaks dan Antiklimaks
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi
tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya
atau yang paling menonjol.
Contoh : Topik (turunnya Suharto)
· Keresahan masyarakat
· Merajalela nya praktek KKN
· Keresahan masyarakat
· Kerusuhan social
· Tuntutan reformasi menggema
b. Kausal
Mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke
sebab . Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian
di lanjutkan dengan perincian–perincian yang menelusuri akibat–akibat yang
mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam
membicarakan persoalan–persoalan yang di hadapi umat manusia pada umumnya.
Contoh : Topik (krisis moneter melanda tanah air)
· Tingginya harga bahan pangan
· Penyebab krisis moneter
· Dampak terjadi krisis moneter
· Solusi pemecahan masalah krisis moneter
c. Pemecahan Masalah
Di mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan
umum atau pemecahan atas masalah tersebut . Sekurang-kurangnya uraian yang
mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu
deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya
alternatif–alternatif untuk jalan keluar dari masalah yang di hadapi tersebut.
Contoh : Topik (virus flu babi / H1N1 dan upaya penanggulangannya)
· Apa itu virusH1N1
· Bahaya virus H1N1
· Cara penanggulangannya
d. Umum khusus
Dimulai dari pembahasan topik secara menyeluruh (umum), lalu di ikuti
dengan pembahasan secara terperinci (khusus).
Contoh : Topik (pengaruh internet)
· Para pangguna internet
o Anak–anak
o Remaja
o Dewasa
· Manfaat internet
o Media informasi
o Bisnis
o Jaringan social
o Dan lain–lain
e. Familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di
kenal, kemudian berangsur–angsur pindah kepada hal–hal yang kurang di kenal
atau belum di kenal. Dalam keadaan–keadaan tertentu cara ini misalnya di
terapkan dengan mempergunakan analogi.
f. Akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan
familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah dikenal atau
tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu
gagasan di terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di
setujui atau tidak oleh para pembaca
2.4 Macam-macam Outline (Kerangka Karangan)
A. Berdasar Sifat Rinciannya:
1) Kerangka Karangan Sementara / Non-formal
Cukup terdiri atas dua tingkat, dengan alasan:
a) Topiknya tidak kompleks
b) Akan segera digarap
2) Kerangka Karangan Formal:
Terdiri atas tiga tingkat, dengan alasan:
a) Topiknya sangat kompleks
b) Topiknya sederhana, tetapi tidak segera digarap
Cara kerjanya:
Rumuskan tema berupa tesis, kemudian pecah-pecah menjadi sub-ordinasi yang
dikembangkan untuk menjelaskan gagasan utama. Tiap sub-ordinasi dapat dirinci
lebih lanjut. Tesis yang dirinci minimal tiga tingkat sudah dapat disebut
Kerangka Karangan Formal.
Contoh keranka karangan formal, perhatikan contoh dibawah ini :
Topik : Penggunaan kompor briket batubara
Judul : Dilema Penggunaan Kompor Briket Batubara
dan Penanggulangannya
Tujuan : Memperoleh jalan keluar dari dilema
penggunaan kompor briket batubara dengan meningkatnya pencemaran
Rumusan Masalah : Upaya apa yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan bahan bakar tanpa menimbulkan masalah baru.
Aspek yang diteliti :
a. kebutuhan bahan bakar masyarakat Indonesia
b. sumber bahan bakar di Indonesia
c. cadangan bahan bakar di Indonesia
d. kenyataan yang terjadi di masyarakat saat ini berkaitan dengan kebutuhan
dan penggunaan bahan bakar batubara sebagai bahan bakar alternatif
e. efek negatif batubara sebagai bahan bakar alternatif
f. jalan keluar atas dilema penggunaan kompor briket batubara
Metode Penelitian :
studi pustaka survey melalui wawancara dan penyebaran angket
Literatur :
Cinningham, W.P. & B.W. Saigo. 1999. Environmental
Science: a global concern.
Fifth edition. Mc Graw, Boston
Kupchella, C.E. & M.C.Hyland. 1993. Environmental Science: Living
in the
environment. Brooks Cole Publishing company, Pacific
Grove, CA.
Raven, P.H., L.R. Berg & G.B.Johnsons. 1998. Environment.
Second Edition.
Saunders College Publishing, Forthworth, FL.
Tribun Bandung, Minggu (16 Oktober 2005), hal. 2
B. Berdasar Perumusan Teksnya
1) Kerangka Kalimat
2) Kerangka Topik
3) Gabungan antara Kerangka Kalimat dan Kerangka Topik
2.5 Syarat Kerangka Karangan yang baik
a. Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas.
Pilihlah topik yang merupakan hal yang khas, kemudian tentukan tujuan yang
Jelas. Kemudian buatlah tesis atau pengungkapan maksud.
b. Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.
Bila satu unit terdapat lebih dari satu gagasan, maka unit tersebut harus
dirinci.
c. Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga
rangkaian ide atau pikiran itu tergambar jelas.
d. Harus menggunakan simbol yang konsisten.
Pada dasarnya untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk
membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam
mengembangkan karangan.
2.6 Langkah-langkah menyusun karangan satu per satu:
1. Menentukan tema dan judul
Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang
mendasari suatu karangan.
Judul adalah kepala karangan. Misalkan tema cakupannya lebih besar dan
menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada penjelasan
awal (penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis.
2. Mengumpulkan bahan
Bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan, banyak cara
mengumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara masing - masing sesuai
juga dengan tujuan tulisannya.
3. Menyeleksi bahan
Agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai
dengan tema pembahasan. polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang
telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis.
Berikut ini petunjuk – petunjuknya :
1. Catat hal penting semampunya.
2. Jadikan membaca sebagai kebutuhan.
3. Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.
4. Membuat kerangka
Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa
bahasan yang lebih fokus dan terukur.
Kerangka karangan belum tentu sama dengan daftar isi, atau uraian per bab.
kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan
tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna.
Berikut fungsi kerangka karangan :
a) Memudahkan pengelolaan susunan karangan agar teratur dan sistematis
b) Memudahkan penulis dalam menguraikan setiap permasalahan
c) Membantu menyeleksi materi yang penting maupun yang tidak penting
Tahapan dalam menyusun kerangka karangan :
a) Mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah pohon pikiran
(diagram yang menjelaskan gagasan-gagasan yang timbul).
b) Mengatur urutan gagasan.
c) Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab.
d) Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap
Kerangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan logis karena bila
terdapat ide yang bersilangan, akan mempersulit proses pengembangan karangan.
(karangan tidak mengalir).
5. Mengembangkan kerangka karangan
Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan terhadap
materi yang hendak ditulis. jika benar-benar memahami materi dengan baik,
permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata.
Contoh dari Outline Karangan :
I . Pendahuluan
II. Manfaat
Teknologi Komputer bagi Kehidupan
A. Definisi Komputer
B. Kegunaan Komputer
C. Manfaat Penggunaan Komputer
D. Efek Komputer
1. Efek Komputer bagi Orang Dewasa
2. Efek Konputer bagi Anak-anak
a. Positif
b. Negatif
III. Kesimpulan
Contoh Penomoran
Karangan dengan Model 2
1. Pendahuluan
2. Manfaat
Teknologi Komputer bagi Kehidupan
2.1. Definisi Komputer
2.2. Kegunaan Komputer
2.3. Manfaat Penggunaan Komputer
2.4 Efek Komputer
2.4.1. Efek Komputer bagi Orang Dewasa
2.4.2. Efek Konputer bagi Anak-anak
2.4. 2.1 Positif
2.4.2. 2 Negatif
3. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar